Kala mengkaji disetiap kaliamat
bahkan huruf, Al-Qur’an luar biasa indah. Susunan kalimah yang mempesona
membuat hati ingin selalu dekat dengan-Nya. Kitab yang tak pernah ada revisi
sedikitpun sejak pertama kali dibukukan. Kalam Allah ini memang benar-benar
terjaga seperti janji-Nya. Setiap huruf yang merangkai kalimah menyimpan banyak
petunjuk bagi orang-orang yang mengkajinya. Membancanya saja dapat menenangkan
hati yang gundah apalagi menerapkan petunjuk yang ada di dalamnya.
Kitab Al-qur’an menjadi petunjuk
bagi umat manusia. Susunan kalimah yang indah membuat banyak muslim
berbondong-bondong menghafalnya. Keindahan Al-Quran ini menarik bocah-bocah
luar biasa menjadi hafidz-hafidz belia. Abdurrahman Alfarisi menjadi hafidz
belia ketika menginjak umur 3 tahun, Tabarok menjadi hafidz pada umur 4,5 tahun
dan Mahmud Ahmad Salamah menjadi hafidz ketika masuk kelas 3 SD. Anak-anak yang
luar biasa ini telah menginspirasi ribuan bahkan jutaan kaum muslimin di segala
penjuru negeri.
Banyak factor yang menyebabkan
anak-anak tersebut mamapu menghafal Al-Qur’an dalam usia yang sangat belia. Factor
yang paling berpengaruh adalah lingkungan terdekatnya yaitu rumah. Keluarga yang
dekat dan cinta kepada Al-Quran menumbuhkan pengaruh yang besar terhadap sang
buah hati. Seperti halnya orang tua Abdurrahman Alfarisi setiap hari selalu
membaca Al-Quran. Setelah Alfarisi lahirpun kebiasaan orang tuanya mambaca
Alquran tidak pernah lepas. Setiap pagi dan petang orang tua Alfarisi selalu
berdzikir almatsurat. Kebiasaan orang tua Alfarisi ini menarik minat Alfarisi
kecil. Sebelum mamapu berbicarapun Alfarisi kecil sudah hobi mendengarkan
tilawah baik dari oaring tuanya maupun dari media. Ketika Alfarisi kecil mulai
beranjak bicara, lidahnya sudah tidak kaku lagi menirukan tilawah ang
didengarnya bahkan sudah fasih.
Tak ubahnya orang tua dari
Abdurrahman Alfarisi, kedua orang tua dari Tabarok ini semenjak awal penikahan
sepakat untuk menjadi hafidz. Usaha kedua orang tua Tabarok menjadi hafidz
membawa tabarok menjadi hafidz pula. Ketika dlam kandungan, ibu Tabarok mulai
terbiasa dengan tilawah dan mengahafal Al-quran. Tekad kuat dari kedua orang
tua untuk menjadi hafidz membawa tabarok mampu menghafal Al-Qur’an dengan fasih
pada usianya baru menginjak 4,5 tahun. Kebiasaan mulia ini menyebar kepada
adik-adik Tabarok, bahkan Tabarok kecil ini yang mengajarkan adiknya untuk menghafal
Al-Quran. Oang tua Tabarok selalu memberikan dukungan dan memberikan
penghargaan atau hadiah kepada tabarok ketika target hafalan Tabarok tercapai.
Mahmud Ahmad Salamah pun menjadi
hafidz belia tak lepas dari pengaruh kedua orang tuanya. Sang ayah telah
mengahjarkan Mahmud untuk selalu dekat dan mencintai Al-quran. Semenjak ayah
Mahmud syahid dalam perang palestian Mahmud kecil menjadi lebih bersemangat
dalam menghafal Al-quran. Kemauan yang keras, kegigigahan, kecerdasan yang
luarbiasa, dan dengan bimbingan ibunya dan seorang guru mampu menghantarkan
Mahmud menjadi Hafidz muda ketika menginjak kelas 3 SD.
Pengaruh orang tua dalam
mendidik anak sangat luar biasa besar. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang
tua akan membawa pengaruh besar tehadap anak. Kebiasaan yang positif ini akan
melahirkan generasi-generasi yang cinta kepada Al-Qur’an. Contoh diatas menjadi
gambaran kepada kita bagaimana cara memberikan contoh yang baik bagi sang buah
hati.
Namun kebanyakan dari anak-anak
pada masa kini lebih cenderung jauh kepada Al-qur’an. Pesatnya pengaruh
teknologi membuat banyak anak-anak lebih menyukai game daripada Al-quran. Pemanfaatan
teknologi yang kurang tepat akan membawa pengaruh buruk bagi generasi penerus
ini. Hal ini diperparah dengan mulai memudarnya generasi-generasi keluarga yang
dekat dengan Al-qur’an.
Orang tua adalah gerbang pertama
sang anak belajar. Meneladani kebiasaan orang tuanya mulai dari awal kehamilan
bahkan sampai anak mulai berajak berlari sekalipun. Contoh yang ditampakkan
kepada anak akan membawa pengaruh besar bagi anak. Salah memberikan contoh akan
menjerumuskan akan pada kemaksiatan.
Kini
orang tua harus pandai dalam mendidik anak. Kisah inspiratif para hafidz belia
ini setidaknya akan kembali menumbuhkan rasa kecintaan kepada Al-qur’an dengan
mengajak para penerusnya untuk kembali mencintainya. Anak adalah generasi
penerus dan menumbuhkan kebiasaan positif dengan mencintai Al-Qur’an adalah
investasi terbesar dalam hidup. Generasi cinta Al-Quran akan membawa
kemaslahatan.
0 komentar:
Posting Komentar