Rabu, 03 April 2013

Menjamah Zona Merah (Cililin Bagian 1)


25 maret 2013
Pagi hari pukul 09.12 WIB kami mendapat berita bahwa ada longsor di daerah Cililin dan banyak korban yang tertimbun. Kami diminta oleh team Dompet Dhuafa (DD) siap siaga untuk berangkat mengirimkan bantuan ke daerah longsor. Pukul 10.00 WIB kami sudah siap untuk berangkat ke Cililin, tetapi kami masih menunggu kanfirmasi perlengkapan apa yang mau dibawa dari Bandung. Team pendahulu DD rescue yaitu kang dadan, bang madit dan bang waw (panggilan akrabnya) sedang assessment di tempat kejadian perkara (TKP).

Pukul 14.00 WIB kami baru mendapatkan kabar dari team pendahulu untuk mengirimkan bantuan yang terdiri dari kain kafan, kantong mayat, sepatu boot, selimut, dan beberapa bendera DD. Perlengkapan telah siap, kami siap berangkat, tetapi tiba-tiba hujan deras mengguyur Bandung. Sejenak menunggu reda, kami mencari jalan lewat internet untuk mencari jarak yang paling dekat untuk ditempuh. Kondisi cuaca masih gerimis, tapi kami memaksakan untuk tetap berangkat mengingat hari yang mulai gelap. Dengan mengendarai dua sepeda motor kami melaju menerobos kerasnya jalan yang penuh lubang, bergelombang dan kelokan-kelokan tajam.

Pukul 20.00 WIB kami tiba di pos pertama DD yaitu di tempat Pak Doding. Disini tempat pertama kali para relawan DD berkumpul dan merencanakan langkah-langkah yang akan ditempuh dilokasi. Pak Doding adalah salah satu relawan DD yang namanya sudah tersohor dan sempat masuk dalam nominasi orang yang berpengaruh di Kick Andy. Di pos ini kami berbincang-bincang dengan aparat desa, team pendahulu DD rescue dan beberapa warga mengenai longsor yang terjadi.
Menurut penuturan sekdes longsor Cililin terjadi pada pukul 05.30 WIB. Titik longsoran ini ada tiga tempat, yang pertama di daerah pancol yang menimbun dua rumah tanpa korban jiwa, kedua daerah Pasir Pogor yang menimbun satu rumah dengan 1 orang meninggal dunia dan 1 orang luka berat yang akhirnya meninggal dunia dan daerah nagrog yang menimbun 12 rumah dengan korban jiwa sebanyak 17 orang. Warga desa sebenarnya sudah merasakan akan terjadi longsor, oleh karenanya pada malam hari banyak warga yang begadang dalam kondisi siaga. Pada malam tersebut cuaca sedang gerimis dan pada malam hari hujan mulai agak lebat. Longsor yang diperkirakan terjadi pada malam hari ternyata terjadi mada pagi hari ketika sebagian warga mulai beristirahat karena begadang pada malam harinya dan beberapa warga terutama ibu-ibu sedang melakukan aktifitas seperti biasa.

Menurut penuturan warga nagrog yang selamat dari longsong menuturkan bahwa sebelum longsor terjadi ada orang gila yang berteriak agar warga di daerah tersebut meninggalkan rumah dan mencari ketempat yang aman. Warga juga merasakan ada getaran pada rumahnya dan ada suara gemuruh. Warga yang rumahnya agak jauh dari tempat longsor juga menuturkan bahwa sehari sebelum kejadian beberapa warga yang menjadi korban tingkahnya juga menjadi sedikit berbeda dari biasanya. 

Malam mulai larut, beberapa dari kami mulai bersiap-siap untuk istirahat. Disepertiga malam team disaster management center dompet dhuafa (DMC DD) dari jakarta tiba di posko pertama. Team ini terdiri dari Ihsan, Andi dan Asep serta relawan DD jabar yaitu Acep dan irfan. Setibanya di posko mereka berbincang-bincang dan beristirahat di saung yang berada disekitar sawah karena di rumah pak Doding sudah penuh. Suasananya cukup dingin karena tidak ada pembatas untuk manghambat laju angin yang menyapa. Hanya beratap asbes dan berlantai kayu yang dihias dengan tikar tipis. Kalaulah tak ada sleeping bag pastilah hawa tersebut cukup membuat badan terus bergetar.

0 komentar:

 
;