Sabtu, 06 April 2013

Inspirasi Hafidz Belia



Kala mengkaji disetiap kaliamat bahkan huruf, Al-Qur’an luar biasa indah. Susunan kalimah yang mempesona membuat hati ingin selalu dekat dengan-Nya. Kitab yang tak pernah ada revisi sedikitpun sejak pertama kali dibukukan. Kalam Allah ini memang benar-benar terjaga seperti janji-Nya. Setiap huruf yang merangkai kalimah menyimpan banyak petunjuk bagi orang-orang yang mengkajinya. Membancanya saja dapat menenangkan hati yang gundah apalagi menerapkan petunjuk yang ada di dalamnya.
Kitab Al-qur’an menjadi petunjuk bagi umat manusia. Susunan kalimah yang indah membuat banyak muslim berbondong-bondong menghafalnya. Keindahan Al-Quran ini menarik bocah-bocah luar biasa menjadi hafidz-hafidz belia. Abdurrahman Alfarisi menjadi hafidz belia ketika menginjak umur 3 tahun, Tabarok menjadi hafidz pada umur 4,5 tahun dan Mahmud Ahmad Salamah menjadi hafidz ketika masuk kelas 3 SD. Anak-anak yang luar biasa ini telah menginspirasi ribuan bahkan jutaan kaum muslimin di segala penjuru negeri.
Banyak factor yang menyebabkan anak-anak tersebut mamapu menghafal Al-Qur’an dalam usia yang sangat belia. Factor yang paling berpengaruh adalah lingkungan terdekatnya yaitu rumah. Keluarga yang dekat dan cinta kepada Al-Quran menumbuhkan pengaruh yang besar terhadap sang buah hati. Seperti halnya orang tua Abdurrahman Alfarisi setiap hari selalu membaca Al-Quran. Setelah Alfarisi lahirpun kebiasaan orang tuanya mambaca Alquran tidak pernah lepas. Setiap pagi dan petang orang tua Alfarisi selalu berdzikir almatsurat. Kebiasaan orang tua Alfarisi ini menarik minat Alfarisi kecil. Sebelum mamapu berbicarapun Alfarisi kecil sudah hobi mendengarkan tilawah baik dari oaring tuanya maupun dari media. Ketika Alfarisi kecil mulai beranjak bicara, lidahnya sudah tidak kaku lagi menirukan tilawah ang didengarnya bahkan sudah fasih.
Tak ubahnya orang tua dari Abdurrahman Alfarisi, kedua orang tua dari Tabarok ini semenjak awal penikahan sepakat untuk menjadi hafidz. Usaha kedua orang tua Tabarok menjadi hafidz membawa tabarok menjadi hafidz pula. Ketika dlam kandungan, ibu Tabarok mulai terbiasa dengan tilawah dan mengahafal Al-quran. Tekad kuat dari kedua orang tua untuk menjadi hafidz membawa tabarok mampu menghafal Al-Qur’an dengan fasih pada usianya baru menginjak 4,5 tahun. Kebiasaan mulia ini menyebar kepada adik-adik Tabarok, bahkan Tabarok kecil ini yang mengajarkan adiknya untuk menghafal Al-Quran. Oang tua Tabarok selalu memberikan dukungan dan memberikan penghargaan atau hadiah kepada tabarok ketika target hafalan Tabarok tercapai.
Mahmud Ahmad Salamah pun menjadi hafidz belia tak lepas dari pengaruh kedua orang tuanya. Sang ayah telah mengahjarkan Mahmud untuk selalu dekat dan mencintai Al-quran. Semenjak ayah Mahmud syahid dalam perang palestian Mahmud kecil menjadi lebih bersemangat dalam menghafal Al-quran. Kemauan yang keras, kegigigahan, kecerdasan yang luarbiasa, dan dengan bimbingan ibunya dan seorang guru mampu menghantarkan Mahmud menjadi Hafidz muda ketika menginjak kelas 3 SD.
Pengaruh orang tua dalam mendidik anak sangat luar biasa besar. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang tua akan membawa pengaruh besar tehadap anak. Kebiasaan yang positif ini akan melahirkan generasi-generasi yang cinta kepada Al-Qur’an. Contoh diatas menjadi gambaran kepada kita bagaimana cara memberikan contoh yang baik bagi sang buah hati.
Namun kebanyakan dari anak-anak pada masa kini lebih cenderung jauh kepada Al-qur’an. Pesatnya pengaruh teknologi membuat banyak anak-anak lebih menyukai game daripada Al-quran. Pemanfaatan teknologi yang kurang tepat akan membawa pengaruh buruk bagi generasi penerus ini. Hal ini diperparah dengan mulai memudarnya generasi-generasi keluarga yang dekat dengan Al-qur’an.
Orang tua adalah gerbang pertama sang anak belajar. Meneladani kebiasaan orang tuanya mulai dari awal kehamilan bahkan sampai anak mulai berajak berlari sekalipun. Contoh yang ditampakkan kepada anak akan membawa pengaruh besar bagi anak. Salah memberikan contoh akan menjerumuskan akan pada kemaksiatan. 
Kini orang tua harus pandai dalam mendidik anak. Kisah inspiratif para hafidz belia ini setidaknya akan kembali menumbuhkan rasa kecintaan kepada Al-qur’an dengan mengajak para penerusnya untuk kembali mencintainya. Anak adalah generasi penerus dan menumbuhkan kebiasaan positif dengan mencintai Al-Qur’an adalah investasi terbesar dalam hidup. Generasi cinta Al-Quran akan membawa kemaslahatan.

0 komentar:

 
;