Senin, 29 Juli 2013

Menelisik Sayur Mayur Indonesia

Sayur mayur adalah salah satu makanan yang banyak di gemari, terutama bagi mereka yang vegetarian. Sayur mayur merupakan salah satu makanan yang mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tapi pernahkah kalian memperhatikan bagaimana cara para pertani membudidayakan tanaman yang kalian konsumsi ??..
Ada hal yang patut diwaspadai oelh konsumen mengenai sayur mayur yang mereka konsumsi. saur mayur yang dijual bebas di pasar mupun di supermarket ternyata masih jauh dari aman. kandungan pestisida yang tinggi yang masih terdapat pada sayur mayur menjadi ancaman serius. 
Loh Ko BISA ???
Mari kita mulai caritahu sebabnya satu persatu.
Sayur mayur biasanya banyak di budidayakan di dataran medium sampai dataran tinggi. Keadaan lingkungan yang baik akan mendukung pertumbuhan sayur mayur tersebut. Tidak ubanhnya dengan manusia yang suka sayur mayur organisme lain juga suka dengan sayur. Mulai dari hama seperti ulat-ulatan, jamur, bakteri sekalipun banyak yang melirik sayur sebagai makanan utamanya atau makan sampingan. karena banyaknya minat untuk menyantap sayuran ini, maka manusia dengan berbagai caranya mengusahakan agar sayuran tetap menjadi bagus untuk dimakan. Dari sinilah muncul berbagai macam cara pengendalian hama, jamur, bakteri, nematoda, Virus dan lain sebagainya. Cara pengendaliannya mulai dari pencegahan sampai menobati tanaman yang sudah sakit. Cara pengendalian ini ditingkat petani sebagai produsen utama sayur mayur yang masih kurang aman. Para petani ini masih sangat minim pengetahuan tentang penganan organisme pengganggu tumbuhan yang baik dan aman. 
Para petani di Indonesia masih dimanjakan dengan penggunaan pestisida yang dijual bebas di kalangan petani. Walaupun sudah ada aturan tentang peredaran pestisida di Indonesia tapi fakta dilapangan masih banyak Pestisida yang dinilai pestisida yang tingkat bahayanya tergolong sangat tinggi karena bersifat kersinogenik (penyebab kanker). 
(1) Pemahaman yang masih kurang tepat mengenai pestisida yang dianggap obat padahal sejatinya bahwa pestisida adalah RACUN. Racun dengan tingkat BAHAYA yang berbeda-beda. Karena menggangap pestisida adalah obat maka para petani tak segan-segan membeli bahkan dengan harga yang lumayan mahal. 
(2) penggunaan pestisida yang tidak memenuhi aturan baik yang dikeluarkan oleh produsen pestisida tersebut. Akibatnya banyak petani yang menggunakan pestisda dengan dosis yang lebih tinggi bahkan sangat tinggi. Dari penggunaan yang berlebihan inilah residunya dalam sayuran sangat tinggi. 
(3) Para petani masih kurang mengerti dengan jenis-jenis pestisida yang beredar. Selain jenis pestisda petani juga masih awam tentang bahan aktif yang terkadung dalam pestisida. Akibat ketidaktahuan ini petani menggunakan pestisida untuk mengendalikan organisme menjadi tidak berpriorganismean..hahaha bahasanya rada aneh.. tapi intinya tidak memperhatikan organisme di lingkungan.
(4) para petani masih kurang faham tentang pencampuran pestisida saat aplikasi. Biasanya petani dalam satu kali penyemprotan menggunakan lebih dari dua jenis pestisida secara bersamaan dengan cara dicampur. Petani terkadang tidak faham jika yang mereka kendalikan itu apa menggunakan pestisida untuk mengendalikan apa. pencampuran antar pestisida mempunyai efek yang berbeda-beda. Jika pestisida satu dicampur dengan pestisida lain maka hasilnya bisa jadi bagus dan tidak berefek. bukan berarti rumus matematika 1 + 1 = 2 ini berlaku di pestisida. bisa jadi 1 + 1 = 1 atau bahkan 1 + 1 = 0 tergantung dari bahan aktif yang terdapat dalam pestisida tersebut. 
(5) waktu aplikasi yang kurang tepat. produk sayuran seharusnya dilakukan aplikasi pestisida maksimal 1 minggu bahkan ada yang 2 minggu sebelum dipanen. tetapi dilapangan kenyakan produk sayuran yang besok mau di panen sekarang masih di aplikasikan pestisida. hal ini menyebabkan racun yang terkandung dalam sayuran makin tinggi apalagi pestisida yang bersifat sistemik. huuuuu megerikan.

Kibat dari ketidak tahuan petani dari semua ini adalah para petani menggunakan pestisida secara berlebih apalagi pada musim penghujan, yang menyebabkan terjadinya pengendapan zat-zat kimia yang bersifat racun bahkan kebanyakan pestisida memicu kanker pada dayur mayur, patogen yang menjadi reisiten atau kebal terhadap pestisida sehingga memicu petani menggunakan dosis yang lebih banyak, peningkatan pengeluaran untuk mengendalikan patogen, dan yang jelas produk yang dihasilkan bukannya sehat tetapi malah menjadi PRODUK RACUN DENGAN WUJUD SAYUR MAYUR. Oleh karenanya konsumen harus lebih cermat, waspada dan teliti lagi untuk membeli sayur mayur yang akan dikonsumsi, bisa jadi itu adalak kamuflase dari pestisida yang berwujud sayuran. sayangilah HIDUP anda sekarang juga, karena hidup cuma sekali.

1 komentar:

kulitmanggisku mengatakan...

terimakasih artikelnya, sangat membantu

 
;