Terkadang kita salah
untuk menafsirkan sebuah kalimat secara faktual hanya dengan akal dan pikiran
tanpa melibatkan hati. Mungkin apa yang ditujukan dari apa yang seharusnya
disampaikan. Ini pun terjadi pada diri kita yang mulai lalai akan fatamorgana
cinta. Semua laksana yang disampaikan hambar tanpa rasa, jika dipikir secara
logika.
Kisah yang dijalani
masuk dari halaman luar sebuah kebenaran. Itu hanya pembenaran bahwa yang
dilakukan itu benar. Pada kenyataan yang dipadukan dengan islam adalah salah
total. Membalut kisah dengan sentuhan kalimat-kalimat dari kerudung islam agar
terhindar dari penyalahan manusia, tapi lupa bahwa Tuhan itu berbeda dengan
makhluknya. Untungnya Tuhan kita maha penyayang dan masih menyayangi kita
hingga kita masih dalam batas toleransi. Yang mungkin masih ditoleransi ,
karena tolak ukurnya adalah perilaku yang kita jalani selama ini.
Apa yang kita
lakukan satu senti lebih dekat dengan kemaksiatan. Loh ko bisa. Ya dari cara
berfikir saya memeng begitu. Kita seharusnya lebih menyibukan diri dengan
hal-hal yang membangun cinta kepada Tuhan buka kepada selainNya. Tuhan maha
pencemburu. Ya, boleh jadi Tuhan sudah cemburu dengan kita, karena kisah kita tidak dibingkai
dengan rapi sesuai tuntunan islam. Kita tak pandai untuk melipat sekecil
mungkin rasa yang ada di dada sehingga rasa yang tumbuh mensejajarkan dengan
cinta kepada Tuhan.
Nyanyian-nyanyian
dan wewangian-wewangian yang kita hirup dan rasakan semakin melenakan kita.
Raga kita memang tak bertemu. Kita hanya bermain dengan bayang-banyang.
Komunikasi yang semakin intens menyibakan sekat diantara kita. Seakan kita
enjoy berkomunikasi tanpa batas. Hal-hal yang tidak dibenarkan menjadi benar
dengan lisan. Hal yang dahulu tabu menjadi lumrah. Mengikuti arus tradisi yang
miskin akhlak islami.
Meretas hati yang
mulai membara dengan wangian cinta yang mulai merekah.
Kalimat cinta ini
yang membuat kita lalai akan pelukan Tuhan. Ada kalanya kita tahu dan faham
kalau kita tersesat. Gumam hati ini berucap "mari cari lentera bersama
untuk menerangi takdir kita".
0 komentar:
Posting Komentar